Wednesday, February 22, 2017

PUASA DI EROPAH BERPACU ANTARA IMAN DAN WAKTU

Di kawasan khatulistiwa (ekuatorial), garis imaginasi membagi belahan bumi kepada bagian Utara dan Selatan yang panjangnya kira-kira 40.075 km (24,901.5 mil) dengan durasi masa siang hari sepanjang tahun rata-rata 12 jam, seperti yang terjadi di Asia Tenggara. Berbeda dengan belahan dunia yang terletak di luar garis khatulistiwa, matahari di musim panas tenggelam setelah 20 atau 22 jam, seperti di Eropah dan bahkan di Kiruna wilayah Sweden, matahari tidak tenggelam selama 24 jam. Hal ini berakibat kepada pelaksanaan ibadah shalat dan puasa di bulan ramadhan apabila jatuh pada musim panas. Para ahli falaq muslim sedunia hingga sekarang masih saja belum mengeluarkan ijtihad berhubung pelasanaan ibadah shalat dan puasa di Eropah. Sebagian pengikut mazhab Sunni secara rahasia mengetepikan lamanya waktu mengikut perjalanan matahari. Mereka berpuasa mengikut rentang masa di Makkah atau di Madinah, Arab Saudi, walaupun Ulama Arab Saudi sendiri menyatakan menolak cara seperti itu. Imam Abdul Mannan (Presiden Muslim di Finlandia Utara) mengatakan bahwa para ulama di Tanah Arab itu menyarankan seorang muslim menjalankan ibadah puasa menurut durasi waktu tempat tinggal masing-masing. (Republika, Subhanallah, Muslim Di Wilayah Ini Berpuasa Selama 24 Jam, 14 Juli 2013) Adakah Jalan Keluar? Islam sebenarnya telah meletakkan dasar bahawa “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai mengikut kemampuannya” (Q: Al-Baqarah, ayat 286). Dalam konteks ini kitab karangan Imam Nawawi RA –Riadush-shalihin– pada bab terakhir menukilkan tentang ‘mansurat wal malah’ (kepelbagaian kisah-kisah yang menarik) yang dikutip dari Hadits Rasulullah tanpa menyebut perawinya. Antara kisah yang relevan disentuh disini adalah Hadits yang meriwayatkan tentang kehadiran Dajjal, selain memberi ciri-ciri fisik Dajjal berambut keriting dan matanya buta sebelah, Dajjal ternyata dapat menurunkan hujan di musim kemarau, menyuburkan tanaman dengan buah-buahan dan hewan peliharaan yang melimpah air susunya, juga tempoh hidup Dajjal di atas dunia ini ialah empat puluh hari, namun dalam sehari tempoh masa siangnya seperti setahun (tidak terbenam matahari) atau sebulan yang sehari masa siangnya seperti setahun dan seminggu yang sehari sama waktu siangnya seperti setahun; selebihnya tempoh siangnya sama seperti hari-hari biasa. Sehubungan itu sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang cara menjalankan shalat lima waktu yang dalam sehari tempohnya seperti setahun sebagaimana disebut dalam Hadits itu. Rasulullah menguraikan lebih terrinci bahwa jika berlaku masa seperti itu, maka waktu shalat tetap dilaksanakan sesuai dengan rentang waktu shalat Subuh hingga waktu Zuhur (6-7 jam), seterusnya waktu Zuhur hingga waktu Asyar (3 jam), waktu Asyar hingga Magrib (3 jam) dan waktu Isya hingga Subuh, dst. tanpa menghiraukan perjalanan matahari. Dalam Hadits ini para sahabat hanya bertanya masalah ibadah shalat lima waktu dan bertanyakan masalah ibadah puasa. Dalam konteks ini dapat ditafsirkan bahwa, jika terhadap ibadah shalat dinashkan demikan, maka melalui tafsiran analogi (qiasy), ibadah puasa secara otomatis mengikuti ketentuan yang terdapat dalam teks Hadits itu. Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa situasi demikian (masa Dajjal) akan berlaku dan dirasakan. Ternyata, apa yang digambarkan Rasulullah SAW kini dirasakan oleh umat muslim –terutama bagi mereka yang menetap di luar kawasan khatulistiwa– yang durasi waktunya tidak normal. Oleh itu sudah saatnya dikeluarkan fatwa daripada Mufti Islam Internasional yang diketuai oleh Syeh Yusuf Al-Qaradawi untuk menafsirkan atau menjabarkan Hadits tersebut berhubung pelaksanaan ibadah shalat lima waktu dan puasa. Hadits tentang kisah Dajjal ini dapat dipakai sebagai sumber/rujukan bagi umat Islam –khususnya di kawasan Scandinavia– sehingga tidak mesti berpuasa selama 20-24 Jam (di kawasan Kiruna, Sweden) dalam sehari semalam. Hadits ini sekaligus juga menjawab bagi angkasawan, pilot, awak kapal dan penumpang pesawat yang melebihi masa penerbangan (16 jam hingga 22 jam) secara teru menerus dan apabila tersesat dalam rimba. Konsekuensinya. Dalam realitasnya, banyak umat muslim di Eropah secara rahasia maupun secara terang-terangan tidak menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan dengan dalih tidak mampu berpuasa selama 20-24 jam dalam sehari semalam. Untuk itu, tulisan ini menyingkap dan menawarkan alternatif kepada umat Islam khususnya yang bermukim di Eropah. Berdasarkan tafsiran intensif terhadap Hadits tersebut di atas, maka umat Islam tidak bersikap kaku memahami ajaran Islam yang secara prinsip tidak membebani seseorang. Hadits tentang kisah Dajjal ini memang kurang dikenal dan polular di kalangan masyarakat muslim terutama yang menetap di kawasan khatulistia. Itu sebabnya terasa asing apabila masalah ini diangkat ke permukaan ranah fiqh. Bagaimanapun, siapapun yang tinggal di kawasan di luar khatulistiwa berhak memilih antara 20-24 jam berpuasa dalam sehari semalam dan menjalankan ibadah shalat lima waktu dan puasa mengikut rentang masa yang berlaku di daerah khatulistiwa. Wallahu ‘aklam bissawabW!

Artikel Terkait